BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an
adalah sekumpulan teks yang dijadikan sebagai sentral sejarah dan peradaban
Islam, dan sekaligus sebagai dasar ilmu pengetahuan. Peradaban Islam pada
dasarnya adalah kegiatan manusiawi yang banyak didialogkan dengan realitas, dan
dari segi lain, peradaban itu didialogkan dengan teks (al-Qur’an). Karena itu, teks al-Qur’an dapat dijadikan
sebagai sentral peradaban, sentral ilmu dan pegangan keagamaan. Interpretasi
(tafsir) adalah salah satu mekanisme kebudayaan yang penting dalam memproduksi
ilmu pengetahuan
Perintah
Merenungkan al-Qur’an “Orang-orang yang telah kami beri al-Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepada-Nya”
(QS.al-Baqarah:121) atau “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran
ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad:24) Nabi bersabda, “Al-Qur’an
adalah hidangan Allah di bumi-Nya, maka nikmatilah hidangan itu semampunya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim), berdasarakan perintah tersebut wajiblah bagi kita
umat muslim, untuk merenungkan, mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an, yaitu
dengan mempelajari ilmu Tafsir
Ilmu
tafsir adalah Ilmu yang dengannya diketahui maksud kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. Dan dengannya pula kita dapat mengetahui
Makna-makna al-Qur’an serta kita dapat
mengetahui Hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Quran
B. Tujuan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk Mengetahui makna kata-kata dalam Al-Qur’an,
Menjelaskan maksud setiap ayat, Menyingkap hukum dan hikmah yang dikandung
al-Qur’an, Menyampaikan pembaca kepada maksud yang diinginkan oleh Syari`
(pembuat syari`at), yaitu Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akherat.
C.
Analisis
Masalah
1. Apa
bunyi ayat Al-Kahfi ayat 109-110 ?
2. Bagaimana
Terjemahan dari Surat Al-Kahfi ayat 109-110 ?
3. Bagaimana
Tafsir dari Surat Al-Kahfi Ayat 109-110 ?
4. Bagaimana
Kaitan antara ayat tersebut dengan bidang pendidikan ?
5. Apa
hikmah yang dapat di ambil dari ayat tersebut ?
BAB
II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Ayat Yang Dikaji
B. Terjemahan
Al-Kahfi ayat 109
“Katakanlah: `Kalau sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)`”.(QS. 18:109)
Al-Kahfi
ayat 110
“Katakanlah: `Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:` Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Esa `. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya`”.(QS. 18:110)
C. Tafsir
Al-Kahfi ayat 109
Allah
Ta’ala berfirman, katakanlah, hai Muhammad, kalau sekiranya air lautan menjadi
tinta bagi penauntuk menulis kalimat-kalimat, hikmah, ayat-ayatNya yang
menunjukan kepadaNya, sungguh habislah lautan tersebut sebelum habis dotulis
kalimat-kalimat itu, “walaupun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula”,
yakni lautan lain, kemudian lautan yang lainnya dan seterusnya, niscaya
kalimat-kalimat Allah tidak akan selesai-selesai ditulis. Hal ini sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
وَلَوْ
أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ
سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
(27)
Artinya:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Luqman: 27). Sesungguhnya tuhan kami adalah sebagaimana yang dia firmankan dan diluar apa yang kami gambarkan.
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Luqman: 27). Sesungguhnya tuhan kami adalah sebagaimana yang dia firmankan dan diluar apa yang kami gambarkan.
Ayat di atas menyatakan demikian itu tiada batas nikmat
Tuhan dapat kita menghitungnya. Semakin kita mempelajari ilmu pengetahuan, maka
semakin luas pengetahuan kita. Namun semakin pula kita tahu begitu banyak yang
tidak kita ketahui.
Dari ayat di atas kita perlu bercermin, ilmu pengetahuan
yang kita miliki sekarang hanyalah sedikit sekali dari yang telah digariskan
Allah SWT. Nikmat yang dilimpahkannya tidak dapat kita ukur dengan pengetahuan
kita. Sekali-kali kita patut menginstrospeksi siapa dan bagaimana kita.
Cukupkah yang kita miliki menjadi tujuan hidup kita? Kemana kita akan kembali
setelah kehidupan ini berakhir?
Mari kita mengambil pelajaran dari Firman Allah, "Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
"Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan
mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami," "kecuali karena rahmat
dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar." (QS.
Al-Israa' : 85-87).
Dari ayat di atas Allah menyampaikan pesan-Nya, pengetahuan
yang dititipkan kepada manusia itu sedikit. Dengannya manusia menjadi sombong.
Padahal jika Allah berkehendak, Dia dapat melenyapkannya, sirna tidak berbekas,
lantas apa yang akan kita sombongkan lagi? Tidak akan ada pembelaan
(perlindungan) kecuali atas izin-Nya. Dikunci dengan penjelasan, bahwa karunia
yang dikucurkan-Nya besar. Seperti dijelaskan pada surat Al Kahfi 109 di atas.
Demikian besar nikmat Tuhan.
Pengetahuan apapun yang kita miliki, baik ilmu pengetahuan
dan teknologi, keterampilan, kesenian, maupun ilmu agama. Kalau kita
mengatakan, "Saya beriman dan mengerjakan rukun Islam" Cukupkan
demikian itu menjadi pembelaan di akhirat kelak? Padahal dijelaskan dalam
ayat-ayat di atas, yang demikian itu tiadalah cukup jika dibandingkan dengan
Nikmat-Ku.
Perlu kita ketahui Islam tidak hanya sekedar shalat, puasa,
zakat, dan melaksanakan haji. Islam sangatlah luas dan mendalam. Islam adalah
agama yang mulia disisi-Nya. Ada tiga pilar Islam yaitu, Iman, Islam dan
Ihsan.
Hal ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW "Pada
suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah
Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam
sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang
mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya
menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di
atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku
tentang islam" Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat
bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu."
Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman."
Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan
buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku
tentang ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah
seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena
sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang
Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak
lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu
aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak
wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah
telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun
gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari
pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar,
tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab,
"Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas
berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada
kalian." (HR. Muslim)
Kerendahan hati, salah satu pintu masuknya
ilmu kepada manusia. Oleh sebab itu, siapapun yang mengabarkan kebaikan dan
memperingatkan larangan-larangan Allah, hendaklah kita mendengarkannya. Dengan
menyombongkan diri atas kemampuan yang sedikit sekali itu hanya membuat Allah
murka kepada kita.
Al-Kahfi
ayat 110
قُلْ
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)
Katakanlah
kepada mereka: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
mengakui bahwa semua ilmuku tidak sebanding dengan apa yang ada pada Allah, aku
mengetahui sekadar apa yang diwahyukan Allah kepadaku, dan tidak tahu yang
lainnya kecuali apa yang Allah ajarkan kepadaku. Dan Allah telah mewahyukan
kepadaku bahwa: "Yang disembah olehku dan oleh kamu hanyalah Tuhan Yang
Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi Nya. Oleh karena itu barangsiapa yang
mengharapkan pahala dan Allah pada hari perjumpaan dengan Nya, maka hendaklah
ia tulus ikhlas dalam ibadahnya, meng Esakan Allah dalam rububiyah dan uluhiyah
Nya dan tidak mengadakan syirik baik yang terang-terangan maupun yang
tersembunyi seperti ria, karena berbuat sesuatu ingin dipuji orang itu termasuk
syirik yang tersembunyi. Dan setelah membersihkan iman dari kemusyrikan itu
hendaklah mengerjakan amal saleh yang dikerjakannya semata-mata untuk mencapai
keridaan Nya.
(Katakanlah, "Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang manusia) anak Adam (seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku,
'Bahwa sesungguhnya Rabb kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.') huruf Anna di sini
Maktufah atau dicegah untuk beramal oleh sebab adanya Ma, sedangkan huruf Ma
masih tetap status Mashdarnya. Maksudnya; yang diwahyukan kepadaku mengenai
keesaan Tuhan (Barang siapa mengharap) bercita-cita (perjumpaan dengan Rabbnya)
setelah dibangkitkan dan menerima pembalasan (maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan di dalam beribadah kepada
Rabbnya) yakni sewaktu ia beribadah kepada-Nya, seumpamanya ia hanya ingin
pamer (dengan seorang pun").
Thabrani meriwayatkandari Amr bin Qais al-kuhfi bahwa
sesungguhnya dia mendengar Muawiyyah bin Sufyan berkata, “Inilah ayat terakhir
surat Al-kahfi.”
Allah
Ta’ala berfirman kepada muhammad saw., “katakanlah”, kepada kaum musyrik yang
mendustakan kerasulanmu, “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu.” Barang siapa yang menyangka aku pendusta, maka tampilkanlah perkara yang
seperti aku bawa. Sesungguhnya aku tidak mengerti perkara ghaib yang aku
ceritakan kepadamu berkenaan dengan masa lalu, yaitu kisah Ash-habul Kahfi dan
cerita Zulkarnain seperti yang kamu tanyakan, seandainya Allah tidak
memberitahukan kepada ku. Jadi, aku hanya dapat menggambarkan kepadamu”bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang maha Esa”, tiada sekutu bagiNya.
“barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan tuhannya” yakni dengan pahala dan
balasan yang baik,”maka hendaklah dia mengerjkan amal shaleh”, yaitu amal yang
ssesuai dengan syariat Allah,”dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadah kepada tuhannya”, yaitu amal yang di tujukan bagi zat Allah
yang maha Esa yang tiada sekutu bagi-Nya. Inilah dua sendi dari amal yng
makbul. Yaitu, amal tersebut harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan
syariat Rasulullah saw.,
D. Kaitan Dengan Bidang Pendidikan
Sesuai dengan
firman Allah swt : "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)." (QS Al Kahfi : 109)
Adapun ilmu yang
diberikan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitis air di tengah
samudera yang luas. Walau bagaimanapun, barangsiapa yang dikurniakan ilmu oleh
Allah yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia
kepada-Nya, niscaya balasannya adalah sebagaimana yang disebut oleh Allah swt :"Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat." (QS Al Mujaadilah : 11)
Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah
meleset sedikit pun Walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang
diberikan kepada manusia, namun ia datang dalam berbagai variasi. Oleh karena
itu kita sebagai manusia hendaknya mensyukuri nikmat Allah dengan terus
berusaha mencari ilmu, karena sampai kapanpun menuntut ilmu itu wajib hukumnya,
Sesuai dengn sebuah kata mutiara “Uthlubul ilmi minal mahdi ilal lahdi”
tuntutlah ilmu dari buaian hingga alam kubur. Karena pada hakikatnya kehidupan
kita tidak dapat terpisahkan dari suatu pembelajaran, apa yang kita alami
adalah pelajaran bagi kita.
Ilmu itu
memiliki kebaikan jika setelah kita kaji secara mendalam, ia membuatkan kita
semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkat yang mesti kita cari
sepanjang kita menuntut ilmu, ditambah pula dengan kejelasan niat serta betul
pula cara pengambilannya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat darinya. Perkara
lain yang tidak kurang pentingnya semasa kita membuat kajian terhadap ilmu
adalah bagaimana cara mendapatkannya agar kita dapat memperolehi ilmu yang
sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati.
E. Hikmah Yang Dapat Diambil
- Senantiasa beramal sholih dan tidak berbuat syirik kepada Allah
- Menuntut Ilmu Sampai kapanpun
- Syarat diterimanya amal sholih (ibadah) adalah ikhlas dan sesuai sunnah
- Nikmat terbesar bagi mukminin adalah berjumpa dengan robnya dan melihat wajahnya di surga
- Larangan berbuat bid'ah dalam ibadah
- Manusia diciptakan untuk diuji yang terbaik amalnya (paling iklash dan sesuai sunnah)
- Ikhlas sangat dipengaruhi oleh keimanan seorang hamba
- Keimanan sangat dipengaruhi oleh ilmu seorang hamba tentang agamanya
- Wajibnya menuntut ilmu agama untuk bisa ikhlash dalam beribadah
- Tidak boleh sombong atas ilmu yang telah kita ketahui
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari Surat tersebut dapat disimpulkan bahwasanya, Ilmu yang
Allah miliki adalah lebih dari luasnya samudra dan dunia, dan ilmu yang Allah
berikan kepada kita tidaklah lebih dari setetes air, oleh karenanya tidaklah
kita diperkenankan untuk tinggi hati, karena sesungguhnya rendah hati adalah
salah satu kunci masuknya ilmu dalam diri kita,
Allah juga memerintahkan untuk
senantiasa beribadah kepadanya karena sesungguhnya balasan bagi orang-orang
yang beriman adalah dapat bertemu dengan rabb-Nya. Serta tidak diperbolehkan
menyekutukan Allah dengan segala seseuatu apapun.
B.
Saran
Dengan
membaca isi makalah tersebut, sebagai generasi muslim diharapkan untuk dapat
mengamalkan apa yang terakndung dalam Al-Quran, sehingga kita termasuk dalam
golongan orang-orang yang beriman lagi berilmu.